Berbagai persoalan mulai bermunculan ketika status “pacaran” tersebut akan ditingkatkan ke tahap yang lebih serius, mulai dari pihak mana yang harus “mengalah”, biasanya baik pria maupun wanita saling bersikukuh dengan keyakinannya dan saling mengajak pasangannya untuk “ikut” keyakinannya, kalaupun ada yang “mengalah” dan bersedia mengikuti pacarnya, biasanya orang tua yang menolak bahkan tidak jarang para orang tua sekuat mungkin memisahkan mereka. Ada yang tetap nekat jalan terus, tapi ada juga yang langsung bubar …!
Sebut saja pengalaman Dewa dan Dewi lima tahun mereka pacaran, namun pada saat meningkat ke tahap yang lebih serius, orang tua mereka tidak setuju, akhirnya walau sangat pahit hubungan mereka terpaksa bubar !!! lain lagi dengan Hana tiga tahun membina hubungan dengan Joko, namun pada saat mulai menginjak tahap mempermanenkan hubungan mereka dengan membangun rumah tangga, orang tua mereka tidak setuju, walau hubungan mereka tidak sampai bubar, namun Hana dan Joko menjalani hubungan pacaran ini dengan perasaan bingung dan khawatir akan kelanjutan kisah asmara mereka.
Pernikahan memang bukan hanya sekedar perwujudan
perasaan cinta antara pria dan wanita tapi lebih dari itu dibutuhkan suatu
kesediaan untuk tidak hanya mengedepankan perasaan dan kepentingan diri sendiri
serta keyakinan yang dianutnya tetapi juga harus peka terhadap perasaan dan
kepentingan serta keyakinan yang dianut pasangannya.
Menjadi persoalan ketika perasaan dan kepentingan ataupun keyakinannya berbeda, pada saat itulah berbagai masalah akan menghadang, karenanya dibutuhkan kesadaran dan kesediaan dari setiap pasangan untuk menyatukan visi sehingga berbagai perbedaan tersebut dapat diatasi.
0 comments:
Post a Comment