Alhamdulillah
saya berkesempatan kembali mengisi blog makna hidup ini dengan artikel sederhana
tentang arti teman sejati,
semoga kita semua dapat mengambil hikmah serta pelajaran dari artikel hidup dan
kehidupan ini. Pada artikel kali ini saya akan menuliskan sebuah renungan hidup terutama
menyangkut persahabatan atau pertemanan dalam hidup kita atau saya sebut
sebagai adab bergaul atau adab pergaulan. Pada tulisan sebelumnya, saya pernah
menulis tentang makna sahabat
sejati atau arti sahabat sejati dalam kehidupan kita.
Dalam
lingkungan kita, banyak sekali macam-macam teman yang bisa kita jumpai, seperti
teman ngobrol atau teman bicara, teman curhat, teman bergaul, teman kerja,
teman sekolah, teman blogger, teman facebook dan masih banyak lagi yang
lainnya. Namun yang paling berarti diantara semuanya adalah teman sejati yaitu
teman yang saling mengingatkan, teman yang saling menasehati, teman yang mampu
memberikan motivasi,
teman yang selalu mengajak pada kebenaran dan teman yang bergaul dengan diri
kita karena Allah semata. Dan itulah arti teman sejati
menurut pandangan saya yang awam.
Nah pada artikel renungan ini saya ingin mengulas dengan singkat kaitannya jenis teman terutama dari golongan syaitan yang menyerupai manusia atau manusia yang menyerupai syaitan. Semoga kita diberikan hidayah oleh Allah Ta’ala agar kita pandai memilih teman dan berhati-hati dalam mencari teman.
Nah pada artikel renungan ini saya ingin mengulas dengan singkat kaitannya jenis teman terutama dari golongan syaitan yang menyerupai manusia atau manusia yang menyerupai syaitan. Semoga kita diberikan hidayah oleh Allah Ta’ala agar kita pandai memilih teman dan berhati-hati dalam mencari teman.
Dalam
Al-Qur’an, Allah Ta’ala telah mengingatkan kita, ”Tidaklah kamu perhatikan
orang-orang yang menjadikan kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-orang
itu bukan dari golongan kamu dan bukan dari golongan mereka. Mereka bersumpah
untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui. Allah telah menyediakan
bagi mereka azab yang keras. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka
kerjakan.” (QS : Al-Mujaadilah: 14-15).
Allah
Ta’ala dengan tegas melarang hamba-Nya berteman dengan syaitan, sebagaimana
tercantum dalam Firman-Nya : ”Barang siapa menjadikan syaitan sebagai teman,
maka syaitan itu adalah seburuk-buruk teman.” (QS An-Nisa: 38)
Sesungguhnya
seseorang bisa tergelincir bergaul atau berteman dengan syaitan dalam arti
sesungguhnya. Ia dengan sadar menjadikan syaitan sebagai pelindung, penolong,
dan pendamping, bahkan pemberi kekuatan.
Pertemanan
dengan syaitan bisa juga dalam wujud lain, yakni bergaul dengan mereka yang
memperturutkan hawa nafsunya, gemar berbuat maksiat, dan hanya sibuk dengan
urusan dunia yang fana ini.
Oleh
karena itu, hendaknya seseorang memperhatikan juga kepribadian orang yang
hendak dijadikan sebagai teman dalam hidupnya. Teman yang tidak baik adalah
‘’sebuah penyakit” setelah kelalaian menjaga pandangan, lisan, dan perut yang
bisa merusak hati,
bahkan merusak segalanya.
Ini
akan berbeda dengan orang yang bergaul dengan mereka yang dekat dengan Allah.
Pergaulan semacam ini akan senantiasa diwarnai saling mengingatkan dalam
kebenaran dan kesabaran.
Mereka
akan selalu berupaya saling tolong menolong serta berharap teman-temannya
menjadi baik dan semakin baik. Mereka tidak saling memposisikan diri menjadi
beban satu sama lain, tetapi justru ingin saling meringankan. Dan juga tidak
menikam dari belakang. Mereka akan selalu berusaha agar sahabatnya semakin
mulia dan semakin selamat di sisi Allah.
Oleh
karena itu, berhati-hatilah terhadap lingkungan pergaulan. Jika saat ini kita
tengah berada dalam lingkungan pergaulan yang sangat kotor dan buruk, mari
segera kita tinggalkan dan mencari lingkungan yang lebih baik lagi. Mari kita
hindari orang-orang lalai. Mari kita ingatkan mereka termasuk diri sendiri
menuju kebenaran dan berusaha untuk menjadi orang benar. Mari kita hindari perkataan
sia-sia dan perkataan tidak berguna.
Sebuah
syair dan nasehat
mengingatkan kita : “Barang siapa bergaul dengan pandai besi, niscaya akan ikut
bau bakaran, bahkan bukan tidak mungkin akan ikut terbakar sekalian. Akan
tetapi, barang siapa bergaul dengan penjual minyak wangi, maka tidak bisa
tidak, ia akan terpapar bau harum.”
0 comments:
Post a Comment